Jumat, 15 Januari 2010

BERUSAHA SAMPAI DETIK DETIK AKHIR


Pagi itu, kabut putih di sebuah desa jauh dari perkotaan sangat tebal, namun bagi masyarakat setempat kabut dingin itu tidak menjadi halangan untuk melakukan aktifitas kesehariannya. Para pedagang dengan semangatnya membawa dagangan ke pasar , di antara pedagang nampak seoarang wanita setengah baya berkrudung merah dan anaknya sedang membawa dagangan untuk di jual di pasar.
Lambat laun mentari pagi mulai menampakkan cahaya kemerah – merahan , seolah- olah menghangatka tubuh yang sedang kedinginan , begitu juga dengan wanita setengah baya berkerudung merah itu sudah siap untuk menjual sayur – sayurn di pasar.
“sayur- sayur ! sayur-sayur ! Sayur bu ! ” sambil mengalungkan slendang ke lehernya .
“ sudah nak kamu pulang saja untuk siap-siap ke sekolah , sebelum mentari menghangatkan bumi”
“Loh buk, inikan hari jum’at hari sekolah ku libur.”
“Oh ya- ya, ibu lupa.” Sambil memegang kepala.
Sudah jam sembilan ibu berkerudung merah itu menunggu orang pembeli, tapi tak ada satupun orang yang membeli dagangannya,sampai-sampai anak perempuan itu tertidur di pangkuan wanita setengah baya berkerudung merah. Lalu ibu itu menghantarkan anaknya ke rumah dan kembali membawa gerobak untuk menjual sayur-sayuran ke desa setempat.
Di bawah terik matahari yang semakin panas, keringat terus bercucuran. Langkah kaki yang tegar terus berjalan menelusuri lorong-lorong perkampungan menawarkan sayur-sayuran kepada penduduk perkampungan.
Demi menghidupi anaknya yang ditinggal mati bapaknya pada usia kesepuluh tahun. Tidak lain kecuali berdagang sayur, lebih-lebih putri simata wayangnya yang selalu mendapatkan peringkat pertama di madrasah tsanawiyah akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, tentu semakin banyak biaya yang dibutuhkannya. Oleh karena itu, ibu setengah baya berkerudung merah itu dengan penuh semangat rela dan ikhlas mencari nafkah untuk menghidupi anak semata wayangnya.
Tidak seperti biasanya sarapan pagi di sebuah rumah sederhana itu hanya ada seorang anak perempuan yang bernama khilma siap berangkat ke sekolah. Tetapi wanita setengah baya berkerudung merah itu sudah tidak ada. Sejak subuh tadi sudah harus mencari sayuran untuk dijual.
Akhirnya hari yang membahagiakan sudah di depan mata. Siang itu di sebuah madrasah tsanawiyah nampak ramai dari kejauhan dipenuhi para murid, guru, dan wali murid. Ya! Hari itulah hari dimana khilma akan dinobatkan sebagai siwa terbaik tingkat MTs/SMP sekecamatan Rindangsari. Dia mendapatkan nilai terbaik atas ujian akhirnya. Namun sayang lagi-lagi sang ibunda tidak bias menemui di hari kebahagiaan itu.
“ibu… ibu… aku juara pertama,” teriak khilma menyambut ibunya yang baru saja pulang dari jualan sayur.
“sungguh nak!” sambut gembira wanita setngah baya berkerudung merah itu.
“Ya bu! Bahkan aku menjadi siswa terbaik di kecamatan ini,” bangga khilma.
“Bu, boleh ndak aku melanjutkan sekolah ke kota?” Tanya Khilma sambil memegang tangan ibu masuk ke rumah.
“Ya, ya nduk, sekolah mana saja pasti kuturuti, asal kamu tetap jadi anak yang solekhah dan pintar,” sembari ibu membuka lebar keinginan anak semata wayangnya.
*****

Awal januari…
Di sebuah papan pengumuman sekolah terfaforit di kawasan itu nampak nama khilma terpampang di antara sederetan nama.
“Bu, aku diterima,” sorak khilma pada ibunya yang rela meninggalkan dagangannya.
“ya, syukurlah. Ini berarti keinginan kamu biar tercapai,” jawab wainta setengah baya berkerudung merah dengan senyuman.
Selepas dari madrasah ibtidaiyah dulu , keluguan khilma kian hari kian menghilang . lebih lebih teman khilma yang pada tajir , membuat khilma gengsi kalau mengaku seorang anak dari oarang yang tidak punya .
“ loe kamu datang ke party minggu depan ke sekolah ini, bukan ?” tanya sinta shobatnya .” gimana ya… gue kan ngak punya baju yang pantas buat party minggu depan “ pikir khilma.
“ kita pasti datang donk , iyakan khil ,” kata nesya teman sebangkunya dan shobat yang membuyarkan pikiran khilma .
“ Oh ya’ kaget khilma .
“Kenapa sich loe? Tenang kita nanti ke mall beli baju buat party gimana ide gue”. Ajak nesya.
“ bagus juga” setuju sinta
“Gimana dengna loe khilma ?”tanyanya .
“gampang!tapi jangan hari ini ya”jawab khilma
“kenapa ? engak bawa uang ? udah gampang gua bawa uang lebih hari ini.”kata sinta.
“makasih ya ?gue udah terlalu sering ngerepotin kalian “kata khilma
“ah engak kok ,kita kan teman ,hiyakan ?”tandas sinta.
Akhirnyahari itu khilma meminjam uang kepada sinta .setelah berbelanja dari mall,khilma diantar hingga kepertigaan menuju rumah nya
“makasih ya hadiyah nya,….!”kata khilma
“apaantuh “tanya nesya
“hati-hati di jalan”jelas khilma.”
“Makanan apa lagi tuh,….!”heran sinta
“aduh bikin capek deh ” kata khilma .
Sinta geleng-geleng kepala” dah sanah!”
Ketika menuju rumah , khilma bimbang beberapa umpatan kata hati yang silih berganti terus menggodanya .
“ hai , loh kok berani beraniya ngutang , emang loh bisa membayarnya ? baju loh inikan mahal “ kata hatinya .
“ah, ngak apa-apa, lo kan bisa minta tambah jajan , atau milih di ejek teman – teman loh dengan pakai loh yang udah kusam kusam”kecamuk hatinya ….
Setelah sholat magrib khilma belajar seperti biasa , mengerjakan tugas yang numpuk.
“ giman a sekolahnya ?” perhatian ibu.
“ baik” sepontan khilma , “ bener akamu baik baik saja ? itu baju bagus , baru ya ?dapat uang dari mana ?” curiga wanita setegah baya berkrudung merah .
“ hasil khilma nabung kok! “


Kata khilma dengan semringah dan menyakinkan .
“ kamu jangan tiru teman teman kamu, mereka itu anak kaya , beda dengan kita. Kamu harus pintar- pintar membagi waktu dan menggunakan uang semaksimal mungkin .” pesan wanita setenga baya berkrudun merah.
“ ibu tenang aja YA!” tutur khilma .
Hari selalu berganti hingga khilma mendapat uang untuk membayar spp sekolah yang telah di kumpulkan ibunya dalam waktu sekitar satu bulan . siang itu, shobat khilma mengajak jalan –jalan .
“ kita jalan –jalan yuk!” ajak sinta
“yuk!”langsung setujukhilma.” Sekalian nanti gue gantiin uang loh.’ Kata khilma sok kaya .
“ Eh ..! Enggak usah , anggap uang itu hadah dari gue hil.” Tolak sinta.
“ ah udah dech, lagian dapat tambahan uang dari nyokap”boong khilma . akhirnya mereka pergi bersama .
Mula mula memang perasaan khilma takut dan merasa tidak enak , namun ia talah menghilangkan rasa itu . karena sekali melakukan hal itudia bisa merasakan seperti temen temen nya . dia pun ketagian ia pun melakukan hal itu lagi , dan sudah beberapakali I I lakukan hal yang sama . suarat peringatan dari guru BP punsudah beberapa ali di berikan , namun khilm atidak memberikan surat iu kepada oarang tuanya , sehingga tunjaka uang Sppnya semaki hari semakin bertambah . ia takut dan tidak tega memberi tahu oarang tuanya .
Beberapa kali ia mencoba untuk memberikan surat ini kepada oarang tuanya , tapi khilma tidak tega , mulutnya terbnkam . mendengar pembicaraan oarang tuanya tentang ke uangan yang sangat tidak memadai . dia dan menjauh ialah yang sering dilakukan akhir akhir iini .hatinya selalu resah dan gelisah , terpururuk oleh rasa bersalah . hati terasa tertindihbatu yang sangat berat , dirinya serassa memikul bebean yang amat bera t yang ha pir tak kuat lagi membawanya .
Di kesendiriannya , ia menangis , ia tak tega menyaiti hati oarang utanya yang beitu baik untuk di sakii.
Akhir ini nilai ulangan merosot drastis . saat di terangkan dia tidak konsen . enta apa yang dilakukannya .
Malam itu khilma terbangu dari tidurnya karena hus lalu khilma menuju kedapur. Namun langah nya terhenti ketika mendengar rintian penuh keluh kesan yang berdoa untuk purinya , khilma mendengar suara rintian .
“ seperti suara ibu “ kata khilma sdalam hati.
Setela mendengar dengan teliti , tibi-tiba khilma bersandar didinding tembok, air matanya menetes mendengar rintian ibu malam itu.
Fajar tiba , wanita setengah baya berkrudung merah tu sudah tidak ada di rumah , hingga wakktunya denga khilma sanat berkurang , dia percaya khilmabaik baik saja . sehingga tak terlintas sama sekali di pikiran kalau khilma mempunyai segudang permasalahan di balik tirai yang lugu. Jum’at itu sepertu biasanya , sesampainya di sekolah khilma langsung bergabung dengan teman – teman nya . tiba tiba khilma mendapat panggilan dari kantor untuk menemui oarang tuanya , begitu kaget dia . dari langkah menuju ke kantor yan menuruni dua kali anak tangga ,perasan cemas , resah dan deg-degkan jadi satu .
“Ada apa ya ? kok tumben tumben sich? Ada masalah apa ya dirumah ?” gumam khilma .”atau jangan jangan ….’khilma makin takut dan makin melambat langkah kakin7ab .
sesampai di depan kantor , dia tidak langsug memauki ruangan kepala seklah . setelah mendegar omongan dari balik tembok itu , badannya bersandar lemas . ternyata apa yang di kawatirkan itu benar. Jatung semakin berdetak kenc ag , berdebar- debar. Air mata khilma telah meleleh , beberapa umpatan kat hati yang selih berganti.
Tiba tiba bu izzah {guru BP} keluar dari ruang kepaala sekolah , da melihat khilma berdiri bersandar di tembo kantor.
“lho!kok bengong disini ?”sapa bu izzah.” Cepat masuk, sudah di tunggu tuh “ lanjutnya .
Khilma cepat- cepat mengusap air mata dan mengangguk ngangguk kan kepalanya kepala dengan senyum tipis di wajah sedihnya .
Dengan langah kaki gemetar khilma haru memasuki ruangan kantor yang tiba tiba saja”mendung”, tetapi panasnya seperti neraka dengan penuh ketegangan hati yang panas dan cemas .
Setelah itu dia lekas –lekas menyalami oarang tuanya dan tertunduk di sampingnya mereka , diam tersipu karena kessalahan yang ia perbuat.
“nah, buk! Pihak selah tidak memberatkan , sediki- sedikit sudah tidak apa apa . santai saja yang penting anda telah mengetahuinya “ tutur keala panjang lebar.
“ kamu sudah dengar semuakan tadi? “ tanya bapak nya agak geram
Khilma hanya mengngangguk diam tertunduk oleh rasa bersalah nya dan menangis terseduh – seduh menyesali semuanya .
“ uang itu kamu gunakan buat apa ?’ tanya wanita setengah baya berkrudung merah dengan lembut.
Khilma tidak kuat mengatakannya . ia hanya menangis dalam kebisuan , tertunduk di dekat orang tuanya .
“ kenapa kamu tidak terus terang nak? Kan kasian ibu dan bapak guru, kalau kamu tidak membayar uang iitu . kala kamu mau tambahan uang saku bilang saja , jangan gunakan uang spp . walaupun kamu sekolah di kota , kamu harus khilma yang dulu . seperti krudung merah ini, pergi ke muslimatan , ber dagang , dan kemana pun aku bawa.” Tutur panjang lebar wanita setegah baya berkrudung merah.
“ sudah sana kembali kekelas , hapus air matamu , belajar dengan giat. Bapak dan ibu selalu mendoakan mu .” suruh nya .
Walau wanita setengah baya itu agak kecewa dengan kelakuan kilma ia tetap bekerja keras dan ber doa untuknya hingga akhirnya khilma dapat kembali seperti dulu lagi , belajar giat ,lemah lembut namun riang…rangking pertama pun dalam akhir ujian aliyah sekolahan itupun akhirnya di raih oleh khilma.****


Karya : DEDI MAULANA - Mata Pena
{CERPEN , 8 DECEMBER 2010}

{dedimaulana56@yahoo.co.id}


0 komentar:



 

-BERITA KITA ----- Selamat Datang Blogger Jepara ---- Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha